KALUNG SALIB PENDETA

Pada mulanya salib adalah simbol kutuk dan kehinaan. Pada masa kerajaan Romawi salib adalah salah satu cara untuk menghukum para penjahat. Orang yang disalib adalah orang yang dihukum karena melakukan kesalahan yang luar biasa, kejahatan yang tidak terampuni. Orang yang disalib adalah orang yang terkutuk dan hina. Ia tergantung antara langit dan bumi, suatu simbol bahwa langit dan bumi menolak orang yang disalib.

Namun sejak salib digunakan untuk menghukum Yesus dari Nazaret, maknanya menjadi berubah total. Salib berubah menjadi simbol anugerah dan keselamatan, simbol kemuliaan dan keabadian. Saat ini salib telah menjadi lambang universal untuk menunjuk kepada pengorbanan Yesus Kristus demi keselamatan manusia. Oleh karena itu salib sering dipakai oleh orang yang mengaku dan mengimani bahwa dirinya diselamatkan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

Seiring perkembangan jaman salib dibuat sebagai aksesoris dan perhiasan berupa liontin kalung, cincin, giwang, hiasan dinding, ukiran, patung ataupun perlengkapan liturgis. Pendeta, romo ataupun suster sering memakai kalung salib ketika melakukan pelayanan. Hal itu hendak menunjukkan kepada jalan hidup yang dipilihnya, yakni jalan salib. Orang yang memakai aksesori salib pada tubuhnya mempunyai konsekuensi yang tidak ringan karena keseluruhan hidupnya harus mencerminkan jatidiri orang yang disalibkan, yakni Yesus Kristus sendiri.

Secara khusus Gloria Hasta Karya (GHK) memproduksi kalung salib yang diperuntukkan bagi pendeta sebagai perlengkapan liturgi ketika menjalankan tugas-tugas pelayanan. Kalung salib GHK dikerjakan secara handmade, terbuat dari kuningan yang dilapis (disepuh) emas. Dimensi: panjang salib 80 mm, lebar salib 60 mm, tebal 5 mm, panjang rantai 90 cm dan berat sekitar 35 gr. Harga kalung salib GHK per piece Rp. 125.000.

Untuk pemesanan silakan kontak via WA 081286082999.

     

APAKAH MAKNA SEORANG PENDETA MEMAKAI CLERICAL COLLAR?

Baju menjadi sesuatu yang sangat penting bagi orang yang memakainya. Fungsi utama baju pada mulanya untuk menutup aurat manusia supaya tidak malu (ingat cerita kejatuhan manusia dalam dosa). Dalam perkembangannya baju sebagai sarana untuk melindungi tubuh dari cuaca yang ekstrem. Pada masyarakat  yang semakin maju baju telah menjadi mode yang akan menambah menarik penampilan seseorang. Bahkan baju disejajarkan dengan harga diri seseorang, baju menunjukkan identitas si pemakainya.
Orang Jawa punya ungkapan “ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana”. artinya bahwa harga diri dan kehormatan seseorang bisa dinilai dari cara dia bertutur kata dan berpakaian. Orang yang memakai baju putih dan celana pendek merah diidentifikasi sebagai anak SD yang masih kanak-kanak, orang yang memakai baju compang-camping dan lusuh diidentifikasi sebagai pengemis atau gelandangan yang akan dipandang sebelah mata, orang yang memakai baju loreng diidentifikasi sebagai anggota militer yang disegani, seorang yang memakai baju collar diidentifikasi sebagai pendeta yang dihormati karena jalan hidup yang dipilih untuk melayani Tuhan, dll.
Seorang pendeta sangat mudah dikenali ketika dia memakai jubah hitam atau putih dalam suatu ibadah. Jika diluar ibadah atau dilapangan pelayanan seorang pendeta akan mudah dikenali ketika memakai baju pendeta atau collar shirt. Baju pendeta memiliki istilah yang berbeda-beda disetiap daerah. Orang Sumatra menyebut dengan istilah parhobas, orang sulawesi menyebut dengan istilah toga mini, orang kalimantan menyebut baniang, dll. Namun secara umum baju pendeta dikenal atau disebut sebagai collar shirt atau clerical shirt, yang menyampaikan pesan bahwa baju itu dipakai oleh kaum klerus atau kaum agamawan, secara khusus dipakai oleh pendeta. Collar shirt atau baju pendeta adalah baju yang umum dikenakan oleh seorang pendeta atau imam tertahbis. Dimana baju tersebut pada krah atau lehernya terdapat garis putih/band terbuat dari kain atau plastik yang bisa dilepas pakai.
Sejak kapan kaum klerus atau agamawan/pendeta memakai pakaian khusus ini tidak banyak diketahui. Yang pasti bahwa pakaian tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, bahkan masing-masing denominasi mempunyai tradisinya masing-masing. Ada baju collar menurut tradisi Ortodok Timur, tradisi Katholik, tradisi Lutheran, tradisi Metodhist, dll. Di Indonesia, ketika seseorang memakai baju collar maka si pemakai diidentifikasi sebagai seorang pendeta. Pemakai baju collar di Indonesia pada umumnya adalah seorang pendeta prostestan, sekalipun pada mulanya lahir dan lebih dahulu dipakai oleh pastor Katholik.
Para pendeta ketika melakukan perkunjungan pastoral ataupun pelayanan di luar gedung gereja lebih suka memakai baju collar, disamping praktis juga lebih nyaman dan adem, tidak seperti ketika memakai jubah. Hanya saja banyak pendeta yang tidak mengerti atau memahami mengapa mereka memakai baju yang ber-collar. Jika si pemakai saja tidak mengerti apa maknanya apalagi umat? Setidaknya, sebelum kita memakainya sebagai busana khusus pendeta kita memahami terlebih dahulu supaya ketika ada umat yang bertanya kita bisa menjawabnya dengan mantap. Beberapa hal yang mungkin bisa memberi pencerahan kepada kita mengapa ada garis putih di baju yang dipakai seorang pendeta; diantaranya:
1) Baju ber-collar sebagai simbol atau pengakuan bahwa sekalipun manusia pembawa berita Injil itu berdosa (digambarkan dengan memakai pakaian hitam) namun mulut mereka dipakai Allah, pada bagian leher ada warna putih punya makna bahwa lidah mereka dipakai Allah untuk menyampaikan firmanNya yang suci.
2) Baju ber-collar merupakan tanda konsekrasi imamat kepada Tuhan. Sebagaimana cincin kawin menunjukkan kekhasan suami isteri dan menandakan persatuan di antara mereka, maka collar menunjukkan jati diri para pendeta sekaligus menunjukkan kedekatan mereka dengan Allah melalui penyerahan diri sendiri kepada panggilan tahbisan yang telah mereka terima.
3) Dengan mengenakan busana klerus dan dengan tidak memiliki pakaian berlebihan, pendeta menunjukkan ketaatan meneladani Yesus dalam kemiskinan material. Seorang Imam atau pendeta tidak memilih pakaiannya sendiri– Gereja lah yang memilih baginya.
4) Baju ber-collar mengingatkan seorang pendeta untuk menjaga tutur kata dan perilakunya agar tetap pantas dan mencerminkan jatidiri sebagai seorang pelayan yang harus bersaksi bagi Tuhan Yesus.
5) Baju ber-collar menjadi pengingat seorang pendeta untuk senantiasa siap melayani bagi siapun yang membutuhkan bantuan dan pertolongannya.
Demikian beberapa hal yang dapat dipahami ketika seorang pendeta mengenakan baju collar. Karena itu jika anda mengenakan baju ber-collar maka jagalah seluruh kata dan perbuatan anda, karena jati diri anda mencerminkan seorang pelayan yang membawa nama Kristus Yesus. Salam damai sejahtera.
Gloria Hasta Karya memproduksi baju pendeta, baju ber-collar untuk pendeta, kontak kami di:
WA            : +62 81 286 082 999
Facebook : Gloria Hasta Karya

KAIN MIMBAR GPIB

Mimbar dalam gereja Kristen menjadi salah satu bagian yang cukup vital, selain sebagai simbol pewartaan firman Allah sekaligus juga sebagai penanda bagi jemaat tentang tahun gerejawi yang sedang berlangsung. Kain mimbar dibuat dengan menyesuaikan warna dan simbol tahun gerejawi yang kemudian dipasang pada mimbar sehingga dengan jelas terlihat oleh jemaat.

Gloria Hasta Karya melayani pembuatan kain mimbar memakai kain satin sesuai dengan warna dan simbol tahun gerejawi. Kain mimbar dijahit dua sisi depan belakang dengan ukuran lebar 70 cm panjang 100 cm. Satu (1) set kain mimbar terdiri dari lima (5) buah kain mimbar bolak balik dengan sepuluh (10) simbol tahun gerejawi. Harga Rp. 2.500.000.

Untuk pemesanan silakan hubungi melalui no WA 081286082999.

         

BEJANA BAPTISAN

Sangat sulit menemukan produk bejana baptisan dipasaran, padahal bejana ini sangat dibutuhkan sebagai sarana pelayanan baptis. Oleh karena itu Gloria Hasta Karya menghadirkan bejana baptis ini sebagai upaya untuk memperlengkapi sarana pelayanan gerejawi.

Dibuat secara manual (handmade) dari bahan kuningan dengan ketebalan 1 mm, diameter bejana 19 cm, tinggi bejana 18 cm, tinggi salib 6 cm jadi tinggi keseluruhan 24 cm. Ukiran Alfa dan Omega dibubuhkan pada bejana ini. Harga satuan Rp. 1.000.000

Untuk pemesanan silakan kontak via WA  di nomor 081286082999.

   

KOTAK PERJAMUAN KUDUS KELILING

Pelayanan Perjamuan Kudus menjadi kubutuhan bagi setiap jemaat, khususnya mereka yang dalam kondisi sakit dan tidak bisa ke gereja sehingga harus dilayani di rumah atau di rumah sakit. Kami menyediakan produk kotak perjamuan kudus keliling agar lebih praktis ketika dibawa dalam pelayanan.

Terbuat dari kayu dilapisi beludru dan kulit sintetis. Isi kotak terbagi dalam 3 bagian; untuk penyimpan botol anggur 100 ml, penyimpan sloki untuk 4 sloki dan bisa susun 2 jadi 8 sloki dan penyimpan roti atau hosti. Berat Kotak 300 gr. Harga per set Rp. 170.000. Jika berminat silakan kontak via inbox atau WA 081286082999.

  

KAOS PELKAT GPIB

Pelayanan Kategorial  Gereja Protestan di Indonesia Barat (Pelkat GPIB) adalah unit Misioner GPIB sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan warga gereja dalam keluarga dan masyarakat sesuai kategori agar para anggotanya berperan aktif dalam pengembangan panggilan dan pengutusan gereja secara utuh dan berkesinambungan. Maka Pelkat GPIB hendaknya dipahami sebagai wadah Pembinaan Warga Gereja (PWG). Pelayanan Kategorial GPIB meliputi;

  1. Anak-anak (usia sampai 12 tahun) disebut Pelayanan Anak diaingkat PA.
  2. Teruna (13-17 tahun) disebut Persekutuan Teruna disingkat PT.
  3. Pemuda (18-35 tahun) disebut Gerakan Pemuda disingkat GP.
  4. Kaum Perempuan (sudah menikan, usia>35 tahun) disebut Persekutuan Kaum Perempuan disingkat PKP.
  5. Kaum Laki-laki (sudah menikah, usia >35 tahun) disebut Persekutuan Kaum Bapak disingkat PKB.
  6. Kaum Lanjut Usia (usia diatas 60 tahun) disebut Persekutuan Kaum Lanjut Usia disingkat PKLU.

Pengurus Pelkat GPIB berfungsi membantu Majelis Sinode atau Majelis Jemaat agar kegiatan dan program pembinaan, kesaksian dan pelayanan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

Setiap Pelkat GPIB mempunyai logo dan warna khas masing-masing sehingga mudah untuk dikenali dari warna yang digunakan ketika ada kegiatan. Pelkat Anak dengan warna hijau, Pelkat Teruna dengan warna kuning, Pelkat Pemuda dengan warna Biru, Pelkat kaum Perempuan dengan warna Ungu, Pelkat kaum Bapak dengan warna abu-abu dan Pelkat Kaum Lanjut Usia dengan warna orange.

Kami menerima pemesanan pembuatan kaos Pelkat GPIB dengan bahan Lacost dan atau Katun. Harga sudah termasuk bordir standar di satu lokasi. Untuk pemesanan silakan kontak via WA di 081286082999.

       



DRESS COLLAR

Seiring perkembangan jaman, peran kaum perempuan semakin dirasakan termasuk dalam kancah pelayanan gerejawi yang sebelumnya banyak di dominasi kaum laki-laki. Semakin banyak kaum perempuan yang menjadi pelayan Tuhan sebagai seorang pendeta dengan tugas  dan area pelayanan yang membutuhkan kegesitan dan keberanian karena medan pelayanan yang luar biasa. Namun itu semua tidak menghilangkan sosok feminim seorang perempuan pendeta dalam pelayanan.

Untuk itu kami memproduksi busana pelayanan pendeta yang khusus diperuntukan bagi kaum perempuan agar supaya tetap tampil feminim dan anggun. Kami menjahit dan memproduksi dress collar dengan bahan dasar kain delta, baik dengan model polos ataupun dengan model variasi tenun. Beberapa pendeta mengirimkan kain tenun dari daerahnya masing-masing sebagai bahan variasinya.

Untuk pemesanan dress collar silakan klik disini atau via WA 081286082999 untuk respon cepat.

            

STOLA GMIT

Sebagai salah satu perlengkapan ibadah, Stola dipergunakan sebagai penanda tahun gerejawi dan juga sebagai simbol kesediaan mengemban tugas perutusan dalam pelayanan. Demikian pula Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menggunakan stola dalam ibadah-ibadah yang dipakai oleh Penatua, Pendeta dan Diaken.

Kami melayani pemesanan stola untuk Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Bahan dasar dari kain drill dengan pembordiran memakai sistem komputer sehingga gambar yang dihasilkan rapi dan akurat.

Untuk pemesanan silakan klik disini atau inbox via WA 081286082999.